pencarian

Senin, 07 Mei 2012

HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN

"HIPERTENSI"


I. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen, 1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison, 1997).

II. GEJALA KLINIS
Gejala klinis dari hipertensi adalah sakit kepala, pusing, mudah marah, telinga berdengung, tengkuk terasa berat, mata berkunang-kunang, mudah lelah, sukar tidur. 
III. KLASIFIKASI
Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 
1.    Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer.
2.    Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. 
IV. PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan darah/hipertensi dipengaruhi oleh curah jantung yang meningkat dan tekanan pada dinding perifer yang meningkat sebagai faktor seperti keturunan, obesitas, konsumsi garam yang berlebihan, konsumsi alkohol, merokok. Olahraga yang kurang berperan penting dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer.
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meningkatkan dan tekanan perifer normal disebabkan oleh peningkatan aktifitas saraf simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung dan tekanan perifer meningkat karena reflek antiregulasi (mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal) karena curah jantung meningkat terjadi konstriksi shugfer pre kapiler.
Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan struktural pada pembuluh darah terjadi hipertensi dinding pembuluh darah, sedangkan pada jantung terjadi pencegahan dinding ventrikel adanya penyempitan pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya vase kontraksi pembuluh darah.
Vase kontraksi dari pembuluh darah dapat mengakibatkan aliran darah ke ghinal menyebabkan pelepasan renin, produksi renin di pengaruhi oleh stimulasi syaraf simpatis, renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi Angiotensin II yang merangsang skresraldosteron oleh kortek adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Akibat dari vase kontriksi pembuluh darah mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini menyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan vaskuler dapat berupa perubahan vaskuler retina yang dapat mengganggu fungsi penglihatan. (Tembayang, 2000: 899)
V. PENGOBATAN
Secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
        A. Pengobatan non obat (non farmakologis)
1.    Pengobatan non farmakologis dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau setidaknya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang optimal.
2.    Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
3.    Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
4.    Ciptakan keadaan relaks.
5.    Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
6.    Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
7.    Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
      B. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup yang dimaksudkan untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi antara lain adalah:
1.    Diuretik
    Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2.    Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis.
3.    Betabloker
    Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contohnya Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
4.    Vasodilator
    Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Prasosin, Hidralasin.

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut (JNC 7, 2003)  

Klasifikasi                            Sistolik              Diastolik
Hipotensi                       < 100 mmHg            < 70 mmHg
Normal                        100 – 119 mmHg      70 - 79 mmHg
Pre-hipertensi              120-139 mmHg         80 - 89 mmHg
Hipertensi Stadium 1    140-159 mmHg        90 - 99 mmHg
Hipertensi Stadium 2      >160 mmHg             >100 mmHg


ASKEP TEORI

I. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sudah pernah menderita tekanan darah tinggi sebelumnya
3. Riwayat kesehatan Keluarga
Niasanya terdapat keluarga yang menderita penyakit yang sama

4. Observasi dan tanda-tanda vital
Keadaan Umum : Keadaan umum klien biasanya lemah
TTV :
Tekanan darah : mengalami peningkatan sistol >140 dan diastol > 100
Nadi : dapat mengalami peningkatan dan penurunan
RR:  meningkat

5. Body Sistem
a. Pernapasan (Breathing)
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis

b. cardiovaskular (bleeding)
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tekanan darah meningkat, terkadang terjadi edema pada ekstrimitas bawah

c. Persyarafan (Brain)
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

d. Eliminasi Urin (bladder)
Pada umumnya  tidak masalah pada eliminasi urin

e. eliminasi alvi (bowel)
terkadang terjadi konstipasi

f. Bone
-



II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Tujuan : 
Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi
a. I : Pantau tekanan darah ukur pada kedua paha/tangan
R : Memikirkan gambaran yang lebih lengkap
b. I : Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
R : Untuk mengetahui adanya trakles
c. I : Amati warna kulit, kelembapan, suhu dan masa pengisian kapiler
R : Untuk mengetahui adanya dekompensasi jantung
d. I : Catat adema umum tertentu
R : Untuk mengidentifikasi gagal jantung
e. I : Kolabroasi dengan dokter dalam pemberian diuretik izud klorotiazid
R : Menurunkan tekanan darah pasien

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : 
Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
Intervensi :
a. I : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
R : Meminimalkan stimulus meningkatkan relaksasi
b. I : Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
misal : kompres dingin
R : Menurunkan tekanan vaskuler serebral
c. I : Meminimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meingkatkan sakit
kepala
R : Agar tidak terjadi sakit kepala
d. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
R : Analgesik merupakan obat pereda nyeri

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : 
Sirkulasi tubuh tidak terganggu
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
- Haluaran urin 30 ml/ menit
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan


4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
- Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan



DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999.

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000














0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2012 S'Sheldon. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates and Images by Wpthemescreator
Personal Blogger Templates